Tuesday, March 10, 2009

"GAZA HILANG DI MALL"

Awal Januari Kemaren aku bersama Gaza ( 3th) dan Ayahnya jalan- ke Mall karena Gaza mau mencari buku bacaan. Pada saat sibuk mencari keperluan masing-masing tiba-tiba aku teringat Gaza. Aku Tanya sama Ayahnya kemana Gaza gak kelihatan. Ayahnya bilang Gak tahu. Ayahnya hanya bilang: “ bentar lagi pasti ada pengumuman..”

Betul juga beberapa detik kemudian terdengar dari ruang informasi mengumumkan tentang anak hilang. Aku tersenyum-senyum sambil menuju kasir. Salah satu dari kasirnya Tanya sama aku:
“ itu yang hilang putra ibu ya?”
“ iya” jawabku
“Tadi putra ibu lewat sini kearah satpam.” Kasir menjelaskan sambil terkagum-kagum “ pantas ibu gak khawatir habis putranya pinter.” Lanjutnya kasir itu lagi.
Aku hanya senyum-senyum mendengar komentarnya.
Begitu keluar dari kasir tiba-tiba ada satpam yang menemuiku.
“Yang hilang putra ibu ya?” Tanya satpam
“ iya pak…” jawabku
“ tadi putranya lapor ke saya katanya bundanya hilang, kemudian saya bawa ke informasi.” Lanjut satpam itu lagi.

Aku sangat bangga sama anakku dia semakin dewasa bertindak, tidak cengeng, dan tidak ceroboh. Setelah mengucapkan terima kasih sama Satpam Aku langsung jemput putraku di informasi. Putraku senyum-senyum begitu melihat aku. Aku langsung peluk putraku sambil bertanya:
“ Tadi Mas Gaza kemana?”
“ Gaza nyari bunda, bunda hilang, Gaza bilang Pak Satpam.” Jawabnya dengan gaya cadelnya
“ Gaza gak naik escalator sendiri khan?” tanyaku lagi. Karena jujur saja aku rada resah takutnya kalau Gaza naik escalator sendirian. Atau ikut orang yang tidak di kenal.
“ Gaza masih kecil gak boleh naik escalator sendiri, Gaza tadi cari bunda aja.” Jawab Gaza lagi

Aku bangga sekali pada Putraku, ternyata dia menyerap semua informasi yang aku berikan. I love u Gaza, Bunda sayang Gaza….
Read more...

"I YUV U..."

Putraku diam-diam sudah mulai mengerti perasaan orang. Kadang kalau aku lagi emosi dengan putraku aku memilih diam. Aku sengaja gak banyak komentar tapi untuk sementara menghindar beberapa waktu.

Tapi memang betul trikku sangat jitu. Terbukti putraku langsung datang padaku, sambil berkata: "Bunda jangan marah...nanti Gaza sedih".
Biarpun pada saat itu emosiku lagi memuncak. Langsung lilih lantak.
"Tahu nggak kenapa Bunda marah?" tanyaku.
Bila kutanya seperti ini putraku diam. Mungkin tahu kesalahannya kali ya...

gaza nggak mau Bunda marah, khan?" tanyaku sedikit tegas.
"Bunda jangan marah...Gaza sedih. "Jawabnya sambil berkaca-kaca.
Aku peluk putraku."Mas Gaza nggak boleh ngulangi lagi ya..."
"Iya... " Jawabnya.Tiba-tiba meluncur dari mulutnya " I Yuv Yu....Bunda..."
I love you too...Gaza."jawabku penuh perasaan.

Hal -hal seperti inilah yang patut aku syukuri. Bahwa Pengorbananku selama ini untuk mendidik dia, ngawasin dia...ada hasilnya.Dia sangat mengerti dan peduli dengan lingkungannya. Dia juga mulai mengeti apa artinya berbagi dengan teman-temannya
Yang utama bagiku apabila dia salah dia tahu akan kesalahannya dan mau mengakui kesalahannya.
Sehingga apapun yang dia lakukan terhadap teman-temannya pasti ada konsekuensinya. Cuma aku tidak menerapkan hal ini terlalu keras, karena dia masih terlalu kecil.

Yang penting disini aku harus hati-hati bersikap, karena sekecil apapun sikapku akan termemori olehnya.
Read more...

Saturday, March 7, 2009

"BUNDA...GAZA SUDAH BESAR..."

Ada cerita lucu pengalaman mudik tahun kemaren. Waktu itu Gaza masih berusia 2.4 tahun. Karena perjalanan Batam - Jakarta sangat jauh aku terpaksa menggunakan pesawat terbang. Dimana Gaza sama sekali gak mau dianggap sebagai anak kecil alias "sok gedhe."

Tibalah saatnya persiapan keberangkatan. Semua koper aku persiapkan untuk mengangkut semua keperluan selama di Jawa. Tiba-tiba Gaza protes dengan logat cadelnya yang masih ternata-bata:

“Bunda, Gaza mau bawa koper sendiri…” rajuknya
“Nanti kalau kopernya hilang gimana?” Aku balik bertanya.“Mas Gaza pakai koper Bunda saja ya” Lanjutku lagi.
Tapi sepertinya Gaza kekeh ingin membawa kopernya sendiri. Setelah aku pikir-pikir akhirnya aku ijinkan tapi dengan syarat dia harus bawa kopernya sendiri tanpa bantuan Ayah dan Bundanya. Sebetulnya gak tega sih, tapi aku sekedar pingin tahu aja sampai dimana dia paham akan Tanggung jawab. Kalau belum paham sih gak apa-apa namanya juga masih umur 2 tahun.

Aku siapkan barang-barang yang akan dibawa Gaza, semua hasil pilihanku (mainan-mainan) dia singkirkan. Dia bilang: “ Gaza gak mau bawa ini Bunda.”
“ Memang kenapa, Mas Gaza?” Tanyaku penuh selidik.
“ Ini mainannya adik bayi, bunda.”Jawabnya ringan.
Akhirnya aku bebaskan dia menyiapkan keperluannya sendiri, seperti guling 'busuk', buku dongeng, dan segala macam mainan kesukaannya.

Tibalah saatnya cek-in, Gaza sudah pesan: “Gaza mau duduk sendiri, bunda.” Putraku dengan percaya diri ikut masuk dalam antrean panjang bersama Ayahnya dengan membawa tiketnya sendiri. Bahkan bording pun dia sendiri gak mau di bantuin sambil nenteng Tas kopernya. Aku dan Ayahnya hanya mengawasi dari dekat sekiranya Gaza bingung butuh bantuan.
Aku dan Ayahnya sampai berpikir dan bertanya dalam hati, apalagi ya yang akan Gaza lakukan didalam pesawat nanti? pokoknya aku sudah siap-siap jawaban untuk berbagai macam pertanyaannya.

Tapi Alhamdulillah, didalam pesawat dia sangat mudah diatur. Dia duduk manis sambil melihat gambar-gambar yang ada didalam buku dongeng kesukaannya. Aku baru sadar kalau Gaza kini sudah besar. Hati sangat terharu melihat kedewasaannya

Tapi sekarang yang penting akhirnya aku bisa istirahat dari semua pertanyaannya. Hihihi...
Read more...

"BUNDA, ALLAH DIMANA?"

Aku seorang ibu muda dengan satu orang putra bernama Muh. Gaza Ziaulhaq Athalah(GAZA) sekarang berusia 3.5 th.

Banyak sekali pengalaman yang aku dapatkan dari pengalaman yang membanggakan, menggelikan maupun yang menjengkelkan. Dan aku sangat bersyukur dapat merasakan dan bisa berbagi cerita dengan teman-teman di sini. Dan kebetulan juga putraku tergolong anak yang sangat aktif dengan daya tangkap yang bagus bila dibandingkan dengan anak seusianya.

Aku mendidik putraku sendirian tanpa bantuan seorang baby sitter. Bahkan aku sengaja resign dari pekerjaanku sebagai seorang engineer di sebuah perusahaan Jepang, Agar aku bisa memantau setiap detik pertumbuhannya dari mulai merangkak hingga dia mulai bisa berceloteh.Bakhan dia mulai bisa protes bila mendapatkan suatu hal yang tidak sesuai dengan kehendaknya. Bahkan disetiap tahap penting pertumbuhannya aku selalu mendokumentasikan agar bisa dijadikan bahan cerita jika kelak putraku dewasa.

3,5th sudah usia putraku, kini dia sudah bisa mengoperasikan Laptop guna berkomunikasi via chatting(web cam) bersama ayahnya dikantor, Dan sengaja aku memfasilitasi dia dengan permainan-permainan yang memancing daya imajinasi dan kreativitasnya. Putraku sangat tahu akan arti disiplin dan kebersihan misalkan gosok gigi sebelum tidur atau dia sangat tidak suka jika bantal gulingnya bau apek atau pesing.

Ada satu kejadian yang sangat menggelikan sekaligus aku harus berputar otak untuk menjawabnya. Putraku pernah menanyakan sesuatu dengan gaya bahasanya yang masih cadel,”Bunda, masjid itu apa?”
“Mas Gaza, Masjid tempat orang sholat, bisa juga disebut rumah Allah.”jawabku ringan. Dan aku pikir jawabanku itu sudah sangat memuaskan bagi Putraku. Eh, ternyata jawabanku itu belum memuaskan putraku.

Beberapa minggu kemudian sepulang dia dari Masjir bersama Ayahnya Putraku tiba-tiba bertanya sesuatu kepadaku,”Bunda, tadi Gaza ke Masjid Shalat sama Ayah, tapi Allah gak ada di rumah? Gaza mau main sama Allah.” Aku senyum-senyum mendengar pertanyaannya dia pikir Allah itu seperti teman sebayanya.
Aku peluk Putraku sambil aku pangku,” Mas Gaza kalau mau jadi teman Allah harus rajin Berdo'a, menurut nasehat Ayah dan Bunda dan Gak boleh nakal sama teman-teman.”
“Gaza suka berdo'a dan gak nakal, Bunda…”Jawab Putraku. (kebetulan Putraku sudah hafal beberapa do'a-do'a dan Surat Alfatikhah). ”Bunda terus Allah sekarang lagi dimana?” sepertinya putraku masih penasaran.
“Allah ada di surga, Mas Gaza.” Jawabku ringan.
“Surga itu apa, Bunda?”Kejarnya Lagi.
“Surga adalah hadiah dari Allah untuk anak-anak yang rajin berdo'a, nggak nakal dan nurut sama Ayah dan Bunda.” Aku sudah mulai ancang-ancang dengan pertanyaan berikutnya yang pastinya lebih heboh dari ujian semester. Aku juga berusaha untuk menerangkan dengan kalimat yang sesederhana mungkin sesuai dengan tahap usianya. Betul juga rupanya rasa penasaran Putraku semakin dalam.
“Bunda, kenapa Allah gak kasih hadiah mobil mainan MQ. Quin (salah satu tokoh karton dalam film CARS kesukaannya) aja?” Putraku bertanya dengan ekspresi wajah yang sangat serius.
“Jangankan MQ.Quin, Dog Hudson dan Tow Matter pun ada semua di surga.”
“Surga ada dilangit ya Bunda, dekat sama bintang ya. Bunda, Gaza mau jadi adik bayi bunda yang gak nakal. ”Dengan riang dan penuh kepuasan karena rasa ingin tahunya terpenuhi .

Hal-hal seperti inlah yang aku harus banyak belajar melalui dunianya, dengan kepolosan dan keceriaannya. Dimana anak adalah kertas putih yang dititipkan oleh Allah, dimana kita harus menuliskan sesuatu do'a dan harapan yang indah diatasnya dengan tinta yang bersih pula.
Mudah-mudahan putraku menjadi anak yang sholeh,dan pintar biar berguna bagi bangsa dan agama
Read more...